Oleh: Ustadz Hasan Al Jaizy, Lc
Seseorang mungkin mengira, jika ia bicara sekehendaknya, tanpa mengukur benar tidaknya, maslahat madharatnya, bagus buruknya, maka ia telah terbebas dari penjara jiwa. Seseorang mungkin mengira, jika ia bicara keras nan tajam, maka orang akan memandangnya dengan penuh hormat. Seseorang mungkin mengira, jika ia menampakkan apa yang buruk pada dirinya, maka ia terlepas dari kemunafikan.
Seseorang mungkin mengira, jika ia berakhlak buruk apa adanya, maka ia akan lebih tenang.
Seseorang terang-terangan beakhlak buruk, ia mungkin berdalih dengan perkataan manusia:
مع الصراحة راحة
"Blak-blakan itu menentramkan."
Tapi akhlak buruk takkan menenangkan. Karena itu, kita timpali perkataannya:
مع الصراحة راحة أم وقاحة
"Blak-blakan itu menentramkan atau memang tak tahu malu?!"
Jangan mengira orang-orang yang berlaku kasar, lantas ia tenang dengannya. Karena itu, kata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ
"Sesungguhnya ar-rifq (kelembutan dengan kasih sayang) itu tidaklah ada berada pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, tidaklah ar-rifq itu dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk." [H.R. Muslim, no. 4698]
Apakah orang yang menjauhi kelembutan, ia akan bahagia? Tidak. Ia akan tenang dengan sikapnya? Tidak. Dan apakah orang lain akan bahagia dan tenang akannya? Tidak.
Apakah orang yang tutur katanya kerap menyakiti, penuh emosi dan selalu ada sekam panas padanya, akan memberi kedamaian? Tidak. Justru manusia akan menjauhinya, kecuali manusia yang sama buruk akhlaknya.
Karenanya, Rasulullah bersabda:
يَا عَائِشَةُ إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، مَنْ وَدَعَهُ، أَوْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ
"Wahai Aisyah, sesungguhnya sejelek-jelek orang berkedudukan di sisi Allah di Hari Kiamat, adalah orang yang dihindari oleh orang-orang karena takut kejelekannya." [H.R. Muslim, no. 4693]
Yang terutama kejelekan lisan dan tulisan.
Janganlah mengira, manusia berakhlak buruk, sedang berbahagia dengan dosanya. Dikatakan oleh Syaikh Husain bin Abdul Aziz Alu asy-Syaikh dalam khutbah Jum'at beliau di Masjid Nabawy:
الأخلاقُ الحسنةُ عنوانُ سعادةِ العبد وفلاحِه
"Akhlak yang baik adalah alamat kebahagiaan hamba dan keberuntungannya."
Banyak orang setelah berakhlak baik, hatinya tentram. Dan kebanyakan orang berakhlak buruk, hatinya kian memburuk setelah melakukan hal yang buruk. Jika ia sadari, itu tetap musibah. Jika ia tidak sadari, maka musibah itu lebih besar. Dan ia takkan tenang dengannya.
Komentar