Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018
Dari kecil, aku terbiasa dengan rambutku yang panjang. Dia selalu membuatku terlihat cantik dengan rambutku yang dibuat berbagai macam. Aku ingat, dia yang mengambilkan rapotku di sekolah walaupun tenaganya tidak lagi seperti masa mudanya. Aku ingat, ketika dia selalu menunggu kepulanganku hingga tidak tidur dan rela berjalan kaki sejauh apapun untuk memastikan keberadaanku. Aku juga ingat, ketika aku pulang dan aku membuka pintu kamarnya lalu dia tersenyum dengan tubuhnya yang lebih berisi dibandingkan pertemuan sebelumnya. Tetapi, juga banyak hal lain yang tidak kalah aku mengingatnya. Ketika dia di rumah sakit dan aku menunggunya, saat dokter mengharuskan perawatan intensif tetapi keluargaku justru membawanya pulang, saat dia terbaring tidak bisa melakukan apapun, saat dia tidak bisa tidur dan membuat semua orang yang menunggunya juga tidak ikut tertidur, saat aku menyuapinya bahkan memandikannya. Terutama ketika satu minggu sebelum Allah memanggilnya dan aku berada di sampingnya

Ternyata Dia Tidak Tenang

Oleh: Ustadz Hasan Al Jaizy, Lc Seseorang mungkin mengira, jika ia bicara sekehendaknya, tanpa mengukur benar tidaknya, maslahat madharatnya, bagus buruknya, maka ia telah terbebas dari penjara jiwa. Seseorang mungkin mengira, jika ia bicara keras nan tajam, maka orang akan memandangnya dengan penuh hormat. Seseorang mungkin mengira, jika ia menampakkan apa yang buruk pada dirinya, maka ia terlepas dari kemunafikan. Seseorang mungkin mengira, jika ia berakhlak buruk apa adanya, maka ia akan lebih tenang. Seseorang terang-terangan beakhlak buruk, ia mungkin berdalih dengan perkataan manusia: مع الصراحة راحة "Blak-blakan itu menentramkan." Tapi akhlak buruk takkan menenangkan. Karena itu, kita timpali perkataannya: مع الصراحة راحة أم وقاحة "Blak-blakan itu menentramkan atau memang tak tahu malu?!" Jangan mengira orang-orang yang berlaku kasar, lantas ia tenang dengannya. Karena itu, kata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِ

Episode Hidup

Hidup ini ada episode-episodenya. Tak akan selalu sesuai keinginan dan harapan. Terima dengan lapang hati, ridho dengan episode yang harus dijalani, berbaiksangkalah kepada Allah niscaya akan lega hati ini lalu sempurnakanlah ikhtiar sebagai ibadah kita. -Ustadz Abdullah Gymnastiar ________________________________________________________ Memutar ulang ingatanku sejak awal hingga terakhir kali aku merasa bahwa ketetapan Allah adalah yang terbaik, maka kali ini aku semakin tersadar bahwa segala sesuatu yang Allah berikan kepada hamba-Nya didasarkan atas kasih sayang-Nya yang begitu besar bagi seorang hamba yang lemah. Ia hanya meminta hamba-Nya bersabar untuk dapat memahami apa yang sedang Ia rencanakan. Mungkin Ia sedang rindu karena terlalu lama hamba-Nya menjauh. Rindu dengan kedekatan hati yang hanya terpaut kepada-Nya, rindu dengan segala macam bentuk aduan dan permohonan kepada-Nya. "... dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku." (Q.